Hanya ilustrasi gedung apartemen. (Image: liputan6.com) |
Tengah malam itu, Hendri tidur di kamarku, di kasur yang biasa kupakai untuk tidur. Sedang khusyuk tidur, tiba-tiba kakinya disentuh-sentuh, seperti ada seseorang yang sedang usil meraba kakinya. Awalnya ia biarkan dan abaikan. Lagi pula, malam itu Hendri pun terlalu lelah. Hal yang terjadi berbeda, makin ia abaikan, sesuatu yang menggangu itu terus berulah. Sesuatu atau katakanlah "seseorang" seperti tidak mau Hendri tidur di kasurku.
Kakinya terus diraba-raba, barangkali malam itu Hendri lupa mencuci kaki. Jadi "seseorang" mencoba mengingatkannya. "Heh Hendri Julian, Ente kalau tidur kaki dicuci dulu. Aku glitikin nih."
Enggak mau ambil pusing, Hendri yang mengaku sangat berani melawan makhluk halus, akhirnya mengalah. Ia kemudian pindah ke kamar Firdaus. Di sana, Hendri melihat Firdaus masih sibuk dengan laptop. Ia lantas tidur di kasur Firdaus.
Ketika Firdaus bertanya mengapa pindah tidur di situ, ia tidak menjawab. Hendri hanya terus melanjutkan tidur. Nyenyak. Tak ada lagi yang meraba atau menggelitik kakinya. Firdaus tersenyum. Hendri sebenarnya tidak tinggal di rumah kami, ia hanya datang dan menginap sesekali. Sedang Firdaus, sudah tahu apa yang terjadi dalam beberapa minggu ini di rumah kami.
Besoknya, Hendri baru bercerita tentang kejadian yang ia alami. Kami yang mendengar hal itu dan tahu apa yang sedang terjadi hanya bisa tertawa.
"Hahaha... Kamu itu kenak prank. Kami ini juga sudah kenak prank. Kenak prank oleh setan," kata kami dalam bahasa Aceh.
Gedung apartemen yang kami tempati ini, bertempat di Darrasah, Kairo. Gedung ini setidaknya sudah berusia empat puluh tahun lebih. Aku tahu hal ini dari tukang ledeng yang memperbaiki saluran pipa kamar mandi rumah kami. Petugas ini tinggal di daerah sekitar apartemen kami. Bisa dimaklumi jika gedung yang kami tempati ini memang sudah berusia puluhan tahun. Sudah sangat uzur dan sakit-sakitan. Sebagian dinding gedung sudah retak-retak dan lapuk dimakan usia.
Gedung ini memang agak mengkhawatirkan. Sangat. Bahkan, lapisan dinding di kamar yang Firdaus tempati sempat ambruk tiba-tiba, jika saja saat itu mengenai kepala, barangkali kepala siapa pun bakal hancur. Sekarang kamar Firdaus tersebut sudah direhab, dan menjadi satu-satunya kamar paling cemerlang di antara kamar yang lain, termasuk kamarku.
Nah, yang menjadi misteri bukan rumah atau apartemen kami, melainkan rumah tetangga yang bersebelahan dinding dengan rumah kami di lantai yang sama. Rumahnya bersebelahan langsung dengan kamar tidurku, kamar tempat Hendri tidur dan diganggu.
Rumah itu sudah lama sekali ditinggalkan. Sejak tiga tahun yang lalu, ketika aku tinggal di sini, rumah tersebut memang tidak berpenghuni. Aku kemudian bertanya kepada Bang Aris Munanda, mahasiswa yang sebelumnya tinggal di sini juga.
"Ketika saya tinggal di sana, rumah itu memang sudah lama kosong. Bahkan mungkin sudah sepuluh tahun lamanya rumah itu kosong," kata Bang Aris.
Kejadian aneh dimulai pada akhir tahun 2018 lalu, saat apartemen kosong itu mulai direhab. Tukang rehab rumah itu tidak datang tiap hari. Mereka datang sesekali, dan libur di hari yang lain, sehingga seperti yang kuingat, apartemen itu direhab hingga beberapa minggu lamanya.
Pemiliknya, pada suatu hari bertemu denganku dan meminta jika ada mahasiswa Indonesia atau Malaysia yang sedang membutuhkan rumah, bisa menghubungi beliau. Namun, karena terburu-buru, aku lupa mengambil nomor teleponnya pada saat itu. Beliau pun tidak memberikannya.
"Enggak apa-apa lah... Toh, jika memang perlu, nanti aku bisa minta ke tetangga apartemen atau rumahku yang masih satu lantai. Mereka pasti tahu," begitu pikirku.
Sejak proses rehabilitasi apartemen tersebutlah, keanehan demi keanehan, mulai kami alami. Aku mulai bermimpi hantu hampir tiap malam. Hantu yang datang pun berbeda-beda tiap malam, terkadang juga sesuatu atau "seseorang" seperti menindihku saat tidur. Mulai saat itu, tidur malamku tidak lagi tenang. Sering kali aku terbangun sendiri saat tidur.
Apakah karena aku tidak berwudhu dan berdoa sebelum tidur?
Tidak juga, setelah kejadian itu, aku malah bukan hanya berwudhu dan berdoa, tapi salat sebelum tidur: salat Isya.
Mimpi-mimpi buruk itu terus saja kualami. Berdatangan tiap malam ketika mata kupejam dan lampu kumatikan.
Ada satu mimpi paling mengerikan seakan sangat nyata pernah kualami, dan sampai sekarang masih kuingat. Saat itu, dalam mimpi, seorang anak kecil bersama ayahnya dengan wajah penuh luka mengejarku yang tengah berada di kamar tidur. Dalam mimpi itu, mereka terbang dari luar menuju kamar. Mereka ingin mencekikku. Aku lari menjerit, kabur ke kamar sebelah, kamar Firdaus. Lalu tiba-tiba aku terbangun dengan nafas tersenggal-senggal seakan baru lari jarak jauh, padahal aku hanya lari dari kamar ke kamar, itu pun di dalam mimpi.
Pada suatu malam yang lain, saat rumah kami kedatangan tamu. Tamu itu, tidur di kamar Firdaus, sehingga Firdaus pindah ke kamarku. Malam itu, saat tidur di kamarku, Firdaus bermimpi aneh-aneh sepertiku dan terbangun. Pada saat terbangun, ia sedang melihatku sedang menjerit-jerit sambil tidur. Suatu hal yang tak pernah kulakukan selama ini. Firdaus kemudian membangunkanku.
"Kenapa, Bang. Tadi kulihat menjerit-jerit kayak dikejar siapa gitu..."
Di malam-malam lainnya, saat aku sudah bosan diganggu melulu, karena munkin kamarku bersebelahan langsung dengan rumah kosong tersebut, aku memilih pindah tidur ke kamar Firdaus selama beberapa malam.
Awal-awal rumah tetangga kami direhab, hal-hal aneh memang kerap kami alami. Bukan hanya aku. Namun, temanku Firdaus, dan Syukran juga mengalami hal serupa. Mereka terkadang bercerita kerap bermimpi aneh-aneh. Syukan misalnya, mulai kerap bermimpi ditindih setan perempuan berambut panjang. Begitu pun Firdaus, kerap bermimpi dan merasa ditindih sesuatu. Bahkan, Syukran pernah melihat Firdaus menjerit-jerit ketika tidur, hal yang sama yang pernah kualami.
Pernah, pada suatu pagi, pintu kamar mandi diketuk dengan keras. Saat itu Firdaus baru saja masuk kamar mandi. Aku juga mendengar suaranya ketukannya yang lumayan keras. Siapa pula yang mengetuk pintu kamar mandi?
"Bang, aku baru masuk nih. Bentar lagi kenapa. Sabar...!" teriak Firdaus dari dalam kamar mandi dengan nada agak emosi. Siapa yang enggak emosi, baru saja masuk sudah diketuk-ketuk.
Aku tidak mengetuk pintu itu, malahan aku pikir Firdaus sendiri mengetuk sendiri pintu itu dan merepet sendiri. Aku tidak berpikir penghuni rumah lain yang mengetuk pintu, Syukran misalnya. Tidak, karena aku tahu di rumah saat itu hanya ada aku dan Firdaus. Penghuni rumah lain sudah pergi semua.
Pagi itu, kami berdua berdebat. Setelah keluar dari kamar mandi, Firdaus menuduhku mengetuk pintu. Aku membantah, dan malah menuduh Firdaus bikin sensasi dengan mengetuk sendiri pintu kamar mandi itu.
Siapa yang mengetuk pintu itu masih misteri saat ini. Dan hal ini terjadi saat rumah itu masih dalam proses direhab. Beruntung hal ini tidak pernah terjadi lagi.
Kami beranggapan bahwa ada suatu yang aneh dengan rumah yang sudah lama tidak dihuni itu. Seperti yang kita tahu, sesuatu yang sudah lama ditinggalkan akan dihuni oleh sesuatu yang lain. Saat rumah itu dibersihkan, makhluk ilegal penghuni rumah kosong tersebut barangkali merasa terganggu, karena enggak ada objek lain yang bisa diganggu, tukang rehab rumah misalnya, makhluk itu mencoba mengganggu kami. Begitu pikir kami.
"Mengapa harus kami yang diganggu. Kami kan enggak ada seksi-seksinya..."
Kejadian demi kejadian aneh ini mulai mereda saat rumah ghaib itu selesai direhab. Namun, sampai sekarang, hampir setahun lamanya, rumah itu masih belum ada penghuninya. Aneh memang. Buat apa rumah yang sudah direhab bagus-bagus, tapi tak pernah mau dihuni?
Hal yang kemudian membuatku bertanya-tanya adalah ketika aku bertanya nomor telepon pemilik rumah itu, kepada tetangga kami, yang juga tetangga rumah misterius itu. Aku bertanya karena pada waktu itu seorang mahasiswa dari Aceh yang baru menikah sedang mencari rumah kosong. Aku pikir, rumah ini mungkin cocok.
Saat itu, masih terlalu dini bagiku untuk berprasangka buruk atau menduga bahwa rumah itu memiliki sesuatu misterius. Namun, jawaban tetangga rumah kami, malah semakin menguatkan dugaan aneh bagiku.
"Jangan rumah ini, cari rumah yang lain. Jika memang perlu kali rumah, nanti kalau ada rumah kosong saya carikan dan kasih tahu," kata tetangga kami itu.
Mengapa tentangga kami itu berkata seperti itu? Ada kejadian apa di rumah ini sepuluh tahun yang lalu? Ada apa sebenarnya dengan rumah itu? Mengapa rumah ini dikosongkan terlalu lama. Mengapa juga setelah dibersihkan dan direhab, tapi rumah itu tetap tidak dihuni setelah hampir setahun ini? Banyak pertanyaan mengganjal, menghantui kami, seperti hantu yang pernah mendatangiku saban malam ketika proses rehab rumah misterius itu. Pertanyaan yang tidak bisa kujawab, dan mungkin aku tidak ingin tahu jawabannya.[]
Note: Kami tinggal berlima satu rumah: aku, Bang Zamzami, Firdaus, Syukran, dan Sultan. Namun, entah sialnya atau bagaimana, hanya kami bertiga yang pernah diganggu: aku, Firdaus, dan Syukran. Ditambah Hendri yang tidak beruntung. Sedang Bang Zamzami dan Sultan tak pernah diganggu. Barangkali ini karena mereka berdua hafiz Alquran tiga puluh juz, sedang kami, juz amma saja lupa-lupa ingat. Atau kami memang sedang jauh dari Allah. Nauzubillah.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti citra buruk gedung apartemen kami, dan untuk menjaga privasi, foto asli rumah misterius itu sengaja tidak kami pasang. Takutnya, bahwa ada setan penghuni di rumah itu hanyalah dugaan kami saja, boleh jadi setan yang menggangu kami adalah setan di tubuh kami sendiri.