Metro Tv (google image) |
Apa benar kita ini bangsa pelupa? Bangsa tak tahu terima kasih? Kalau kita
dianggap bangsa pelupa dan tidak tahu berterimakasih, saya tidak sepakat.
Kalaupun masih ada yang menganggap seperti itu, ya sudahlah! Coz everything
gonna be okey seperti kata sebuah lagu. Karena tidak semua kita seperti itu,
tidak semua kita seperti yang dituduhkan. Hanya sebagian kecil manusia yang tak
tahu bagaimana menghargai, tak tahu cara berterima kasih. Hanya sebagian kecil
yang memang tidak beradab.
Beberapa hari yang lalu, musibah gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter
melanda Pidie-Aceh. Memporak-porandakan bangunan, menewaskan ratusan jiwa,
ratusan lain kehilangan tempat tinggal. Atas nama kemanusiaan, berbagai pihak
datang menolong. Memberikan bantuan. Mulai dari pribadi, kelompok, LSM,
pemerintah, hingga stasion televisi nasional.
Media televisi datang membantu Aceh, meliput agar orang tersentuh hatinya
untuk tergerak membantu. Menyalurkan bantuan. Banyak media nasional turun
langsung ke lapangan memberitakan kondisi real di tempat kejadian. Membuka rekening
amal, membuka posko bantuan. Peran media dalam bencana alam seperti ini sangat
besar.
Merekalah pihak yang membantu menggerakkan orang lain atas dasar
kemanusiaan untuk membantu. Melaporkan berita terupdate, keluhan korban,
kebutuhan korban agar kondisi real di lapangan tersampaikan dan dapat terus
menyentuk orang lain membantu.
Apakah mereka ikhlas datang membantu...? Bukankah mereka sering
memberitakan hal-hal konyol? Bukankah itu media yang memberitakan hal tidak
berimbang tentang Islam? Begitulah jenis-jenis pertanyaan yang ditanyakan
terhadap sebuah media.
Mereka ikhlas. Begitulah yang terlihat. Kalaupun mereka tidak ikhlas,
meliput hanya demi kepentingan untuk
mendonkrak rating media. Terserah. Kita manusia tidak berhak menilai ikhlas
atau tidaknya manusia. Urusan niat dan hati, hanya Allah yang pantas
menghakiminya. Kita hanya berhak berhusnudhan bukannya bersu’udhan, apalagi
menghina orang yang memberi bantuan.
Saya benar-benar kecewa dan malu. Saat mereka membantu, lantas ada segelintir orang malah menghina dan mengejek sebuah media
nasional yang terlibat membantu. Mentro Tv. Saat ini, di media sosial sebagian kita sedang sibuk nyinyir dan menyebarkan ujaran terkait kebencian, menghina dan caci
maki. Dan lebih aneh lagi mereka merasa bangga dengan melakuka kehinaan seperti itu. Apakah pantas, orang atau lembaga yang datang dengan niat membantu, malah kita hina? afalaa
ta’aqiluun...? Tidakkah kita sudah berfikir dengan cerdas (bukan dengan kebencian)?
Perkara Metro Tv dianggap telah mencederai Islam dengan pemberitaan yang
tidak berimbang terkait gubernur Jakarta. Cukup. Biarkan masalah itu untuk
kasus Jakarta. Cukup sampai di situ! Saat Metro Tv kemudian memilih datang ke
Aceh, lalu memberikan bantuan, lantas kita hina, kita caci. Apakah pantas kita
berkelakuan seperti itu Say? Kita merasa berhak untuk melecehkan,
menghina. Begitukah yang diajari agama Islam saat seseorang ditolong...? Begitukah
orang Aceh selama ini menjalankan syariat Islam...? Mari jawab dengan hati yang
jernih Say, karena because i love you.
Perkara kasus gubernur Jakarta, mari tinggalkan dulu. Mari luangkan pikiran
dan hati kita untuk melihat musibah Pidie, membantu sesama. Jika ada yang
membatu mari kita sambut dengan lapang dada, bukan dengan nyinyiran, cacian
ataupun hinaan. Sangat tidak pantas disaat saudara kita ditimpa bencana dan
musibah, kita bukannya membantu, malah menghina orang yang menolong. Sangat
tidak beradab rasanya. Benarkan...?
Dengan kasus memalukan ini, saya takut bangsa kita akan dicap bangsa
pelupa, bangsa tak tahu terima kasih. Tahu malu. Tidak Say...! Saya
tidak mau itu terjadi. Itu bukan tabiat bangsa kita yang terhormat. Kita tidak
diwarisi tabiat seperti itu dari indatu moyang kita. Nyan ken
peukateun tanyoe bangsa teuleubeh ateuh rung donya. Bangsa mulia ateuh
rung donya. Itu bukan tabiat kita Aceh!
Biarlah mereka menyebut Metro Tv dengan Metro Tivu atau Metro Mini atau Metropolutan atau
Metro Metro yang lain. Membuat meme aneh-aneh yang menurut mereka lucu bahkan
menghina dengan kalimat tak pantas. Tak apa, biarkan saja mereka seperti itu.
Walaupun mereka tahu Metro Tv sekarang sedang ikhlas membatu Aceh. Biarkan
saja.
Mungkin ada sebagian sangat amat kecil dari kita yang tidak paham atau
mungkin sudah lupa atau hilang ingatan. Mereka bisa saja dengan mudah melupakan
kontribusi Metro Tv selama Tsunami Aceh. Ini terjadi karena ingatan manusia
tidaklah bertahan lama, apalagi jika sudah bercampur aroma kebencian. Dalam politik, perang dan cinta semua jalan dianggap halal, tapi tidak dalam kemanusiaan. Cinta saja bisa berubah benci dalam sekejap. Leubeh get jinoe tapikee kiban cara tabagun nanggroe sama-sama.
Jika masih ada juga diantara kita yang lupa atau terlanjur hilang ingatan akibat termakan provokasi kebencian, biar saya ingatkan sedikit saja. Saya hanya ingin coba bertanya, dan berharap pertanyaan ini bisa mengembalikan ingatan sebagian kita yang telah hilang. Jawablah dengan pikiran jernih dan hati yang bersih.
Jika masih ada juga diantara kita yang lupa atau terlanjur hilang ingatan akibat termakan provokasi kebencian, biar saya ingatkan sedikit saja. Saya hanya ingin coba bertanya, dan berharap pertanyaan ini bisa mengembalikan ingatan sebagian kita yang telah hilang. Jawablah dengan pikiran jernih dan hati yang bersih.
Pertama, media manakah yang pertama meliput kasus Tsunami Aceh sehingga musibah
maha dahsyat itu menyebar hingga ke seluruh dunia, mengguncang hati manusia
dunia luar untuk membantu...? Saya masih ingat saat tayangan program “Indonesia
Menangis” diputar berulang-ulang setiap hari, berkali-kali. Membuat orang
berduyun-duyun membantu Aceh, dari dana hingga menjadi relawan kemanusiaan.
Kedua, berapa banyak bantuan Metro Tv dalam berbagai bentuk yang disalurkan ke
Aceh? Mulai dari makanan, pakaian hingga bagunan fisik. Berapa puluh miliar
dana yang disalurkan Metro Tv saat itu untuk korban tsunami 2004...? Bahkan
Metro Tv ikut mencerdaskan anak-anak Aceh mendirikan beberapa sekolah di Aceh
yang masih aktif hingga sekarang. Saat itu Metro Tv seakan menjadi pahlawan
kemanusiaan di Aceh.
Itu semua belum dihitung berita-berita baik dan bermanfaat yang selalu
ditayangkan Metro Tv. Kenapa kita menutup mata mengenai hal ini? Paken hana taseumikee troeh keunan?
Donasi sementara untuk korban gempa Pidie-Aceh yang masuk ke rekening Media Group (Sumber image; foto salah satu kawan di Facebook) |
Dan untuk musibah gempa Pidie-Aceh sekarang saja, donasi untuk korban gempa
Pidie-Aceh sedikit lagi mencapai angka 4 miliar dan akan terus bertambah.
Tidakkah semua hal itu mampu membuat kita bersikap adil dan terhormat? Tidak
malukah kita terhadap bantuan yang telah diberikan Metro Tv selama ini? Tidak malukah
kita terhadap anak-anak Aceh yang sudah dididik Metro Tv melalui yayasan Sukma
Bangsa hingga sekarang?
Terlepas dari apapun, orang atau siapapun yang datang dengan niat baik
selayaknya diterima dengan lebih baik. Dijamu dengan lebih baik, diperlakukan
dengan hormat. Bukankah begitu yang diajarkan indatu moyang kita di Aceh
yang sudah hidup dalam tradisi Islam yang kental...?
Seharusnya kita lebih paham arti berterimakasih. Tak dianggap dan tak
dihargai itu sakit sekali. Kenapa Aceh memberontak dulu. Ya, karena tak
dianggap dan tak dihargai oleh pusat. Pusat dianggap tak tahu berterimakasih dan
tak tahu balas budi kepada Aceh. Akhirnya Aceh memilih memberontak.
Kita seharusnya lebih dewasa dan lebih bijak bersikap. Kitalah yang
seharusnya mengajarkan orang lain bagaimana caranya berterimakasih; cara
menghormati orang. Sejarah Aceh sangat jauh dari kata-kata “tak berterimakasih”.
Atau jangan-jangan, Kamu yang suka menghina pihak yang sudah menolong kita itu
bukan orang Aceh...? Memalukan saja. Bit-bit Peumalee-malee kaom
mantong!
Kuharap Kamu tidak termasuk dalam golongan itu Say...!
"Mari terus ulurkan bantuan kepada saudara-saudara kita di Pidie dan Pidie Jaya, walau hanya berupa sebaris doa. Berhentilah nyinyir apalagi mencela kepada siapapun yang datang dengan niat menolong, karena bukan hanya malaikat, Allah saja benci melihatnya."
1 comments:
Write commentsmantap bg...lanjutkan...
Replyterkadang kita hanya butuh "Reminder" seperti bg farhan...tuk melawan lupa.
dan melihat kembali dengan utuh, tak bercampur kebencian yang membutakan hati.
makasih atas tulisan bermanfaatnya...
EmoticonEmoticon