Uniknya Proses Membayar Zakat Fitrah di Dekat Mesjidil Haram

Gambar: Dokumentasi pribadi 

Ada yang menarik sepanjang jalan di Hayyu Otaibah dan Hayyu Sulaimaniyah, daerah yang tidak jauh dari Mesjidil Haram. Malam-malam terakhir Ramadhan hingga malam Idul Fitri banyak terlihat penjual beras India di pinggir jalan di daerah yang terkenal dengan "kampung para pendatang" ini. Jumlah mereka lumayan banyak, berbaur dengan penjual baju kaki lima.

"Zakat Fitrah, zakat Fitrah, sudah bayar zakat Fitrah...? " begitulah terkadang mereka berteriak memanggil orang-orang yang lewat. Mereka ternyata sedang menawarkan jasa jual beli beras zakat Fitrah untuk masyarakat Mekkah umumnya dan jamaah umrah dari berbagai dunia.

Beras yang dijual sebagai zakat tersebut umumnya beras India, bentuknya sedikit lebih panjang dari beras kita di Indonesia. Beras yang wajib dizakati di Arab Saudi lazimnya memang beras beras jenis ini, dan ini disebabkan masyarakat Arab Saudi mayoritas mengkonsumsi beras India.

Beras India yang dijual ini dikemas baik dalam kantong plastik, ukurannya 3 kg/kantong. Tiga kilogram ini merupakan takaran untuk jatah zakat fitrah per-kepala. Per-kantong yang berisi 3 kilogram ini dijual seharga 15 Riyal atau setara lebih kurang 50 ribu rupiah.

Keunikan ini ternyata tidak berhenti disini. Kali ini saya benar-benar dibuat heran. Ternyata, mereka tidak hanya menjual jasa beras untuk zakat fitrah. Lebih dari ini. Mereka juga menyediakan mustahiq zakat (orang yang berhak menerima zakat) berupa fakir miskin. Singkatnya, kita yang sudah membeli beras ini tidak perlu repot-repot mencari mustahiq zakat, penjual beras zakat ini juga menyediakan mustahiq zakat. Paket lengkap, beli beras zakat plus menyalurkannya langsung di tempat.

Prosesnya sangat instant. Misalnya saya membeli beras India yang seharga 15 Riyal ini, sesudah itu saya langsung diarahkan untuk menyalurkan zakat saya kepada fakir miskin yang sudah disediakan oleh penjual beras zakat tadi. Unikkan...?

Dan yang membuat saya lebih tersenyum lagi ialah proses selanjutnya. Dan ini benar-benar bisa membuat saya "hening cipta" melihat fenomena langka ini.

Setelah beras zakat ini kita beli dan salurkan kepada fakir miskin yang sudah disediakan itu, apakah berhenti disitu...? Ternyata tidak sodara-sodara. Jadi ternyata, oleh fakir miskin tersebut beras zakat tadi dijual lagi kepada si penjual (dengan harga saya tidak tahu berapa). Proses "ajaib" ini terus berlangsung hingga subuh menjelang di hari Idul Fitri besoknya.

Lumayan lama saya nongkrong di sekitar Hayyu Sulaimaniyah melihat kejadian baru nan langka ini. Lantas, apakah ada yang membeli beras zakat ini namun ia tidak menyalurkan kepada fakir miskin yang disediakan pejualnya langsung...?

Ternyata ada.

Saya sempat melihat seorang wanita bercadar membeli beras zakat ini, tapi ia lebih memilih menyalurkan zakatnya ini kepada penyapu jalan yang berada tak jauh dari penjual beras zakat ini. Namun, tak berapa lama berselang, abang cleaning service ini ternyata juga menjual kembali berasnya kepada penjual zakat pertama tadi. Disinilah saya benar-benar dibuat ngakak oleh fenomena langka ini.

Saya tidak tahu berapa mereka menjual lagi beras zakat ini kepada penjual, apakah masih sama 15 riyal atau lebih murah sedikit. Sayapun juga tidak tahu apakah cara ini legal atau tidak, karena saya tidak mendapati kejadian seperti ini terjadi di bagian lain dekat Mesjidil Haram seperti di daerah Misfalah. Ada yang berencana mencoba proses ini di Aceh atau di Indonesia...? Kalau ada saya bersedia menjadi penjualnya. []

-----
[Foto]
Hasan (memakai baju merah), salah seorang penjual beras zakat diapit oleh dua wanita yang katanya Hasan mereka fakir miskin (baca: mustahiq zakat).

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »