Bunga yang Pernah Kau Campakkan

Image: google
Maukah kau mendengar sebuah kisah, sedikit saja. Ini tentang bunga yang kau petik dengan liar dari sebuah taman, bunga yang kau pegang dan kau bawa kemana-mana. Bunga yang kemudian layu ditanganmu lalu kau campakkan begitu saja tanpa perasaan. Bunga yang kau buang di pinggir jalan. Bunga yang dibakar matahari, kemudian dipijak kendaraan, bahkan dikencingi anjing gila yang belum belajar sopan santun.

“Tahukah kau nasibnya kini…? Maukah Kau kuberitahu tentangnya sedikit…? Tapi kuharap Kau tak cemburu. Kalaupun kau memilih tidak mau mendengar kisahku, aku tetap akan bercerita."

Seseorang menemukan bunga yang sudah berantakan itu. Ya, bunga itu; bunga yang kau buang, bunga yang telah kau campakkan. Orang itu melihat dengan jeli. Ia yakin masih tersisa sesuatu yang sangat penting nan berharga dalam bunga itu. Ternyata bijinya masih sangat utuh, belum lecet sedikitpun, tidak seperti kelopaknya yang sudah hancur. Lantas ia memungutnya, membawanya pulang dengan hati-hati. Ia juga menyisipkan doa, agar bunga itu melahirkan bunga jenis baru yang jauh lebih indah.

“Tahukah kau…?”

Kini biji bunga itu sudah tumbuh dengan sangat indah. Jauh lebih indah saat kau memetiknya dengan kasar dulu. Biji itu juga melahirkan bunga jenis baru yang jauh lebih banyak, begitu indah. Semuanya merekah dengan sempurna. Siapapun yang meliriknya, pastilah jatuh hati dan terpesona. Tidak ada seorangpun yang tahu, mereka berasal dari bunga yang hancur berantakan. Tidak ada yang tahu, bunga itu bagian dari bunga yang pernah kau singkirkan dengan cara kejam.

“Tapi, kali ini kuingatkan Kau… Jangan sesekali mengusiknya, apalagi memetiknya tanpa izin…!”

Bunga itu kini dirawat dengan sangat baik. Disiram dengan air kebaikan yang berasal dari sumur keberkahan. Dipupuk dengan rasa taat dan dipagari dengan keimanan yang kuat. Kau tak bisa lagi sembarangan menyentuhnya, memetiknya, apalagi hingga merusak seperti dulu.

“Jika Kau tetap melakukan perbuatan keji itu, bukan hanya aku. Tuhanpun pasti akan melaknatmu”

Itulah secuil kisahku padamu. Di tangan yang tepat ia bisa harum semerbak, aromanya mewangikan seluruh taman, bahkan seluruh negeri. Kini, ia sedang menunggu. Menunggu dan menunggu. Menunggu seseorang yang tepat. Bukan orang yang tidak punya etika seperti dirimu. Pokoknya bukan tipe brengsek sepertimu. Titik. Ia sedang menunggu seseorang yang tahu tata krama, seorang yang punya etika. Seseorang yang mengerti bangaimana harusnya mencintai. Seseorang yang tahu bagaimana merawat bunga agar tidak layu. Seseorang yang mau meminta baik-baik kepada pemiliknya. Sudah seharusnya bunga yang indah itu cuma mau dipetik dengan cara yang indah. Bukan cara maling seperti yang pernah kau gunakan.

Sudah sepantasnya, semua bunga itu diperlakukan dengan cara yang sama indah. Karena semua bunga indah dengan bentuknya tersendiri, wangi dengan aromanya tersendiri…? Bunga-bunga itu harus diperlakukan dengan cara yang baik-baik dan indah. Oleh seseorang, oleh semua orang. Termasuk dirimu.

Dan seperti kataku, ia kini sedang menunggu seseorang yang baik-baik. Seseorang yang bukan pura-pura baik. seseorang yang benar-benar baik. Namun sayangnya,seseorang baik-baik itu tidak lagi jatuh padamu. Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah pantas seorang yang pernah merusak taman bunga diberikan sekuntum mawar...? Sekuntum bunga...? Hanya orang bodoh yang melakukannya.

“Oh ya, sebaiknya Kau belajar menanam dan merawat rumput dulu sebelum mendengar kisahku”


________

Note:
Ingat, bukan hanya laki-laki yang menginginkan perempuan baik-baik, perempuan juga tidak menginginkan laki-laki yang kurang tahu adat. Dan yang lebih penting daripada semuanya adalah sama-sama berusaha menjadi baik. Satu lagi yang perlu diingat, bahwa penulis termasuk seseorang yang masih belajar dan berusaha menjadi tipe baik-baik. Tapi kalau tipe tampan-tampan srigala, dari lahir saya tidak masuk kelompok elit ini. Saya cuma termasuk tipe tampan-tampan korban drakula. Itu saja.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »