(Eurotimes.org) |
Bagi pencari ampunan dan pencitraan kepada Tuhan, seharusnya, malam ini adalah teduh yang rindang. Hanya saja, malam ini terasa agak suram, tidak gemerlap, seperti biasa.
Meskipun begitu, tidak juga kelam seperti aura makam. Tetap banyak orang perlu berburu titik aman, demi berhadapan dengan Tuhan. Berlomba mengambil hati Allah dengan sedekah dan sebarang ibadah.
Memang, di beberapa negara, malam Ramadhan ini sedikit kelam. Tak ada suara bacaan Al-Quran dari lisan imam, dan dari menara masjid, tak terdengar lagi suara merdu pengajian.
Hanya ada lengang yang sepi, dan sunyi yang senyap. Sedang di bawah atap, masih ada orang-orang yang beribadah dengan emosi, Ramadhan kita jadi kian bertambah kehilangan jati diri.
"Selalu ada hikmah di balik musibah. Berhusnudhan kepada Allah dan terus beribadah dalam keadaan apapun adalah bentuk ketaatan sesungguhnya."
Sudah tabiat manusia.
Riuh di kala pergi,
Tak peduli saat berada di sisi.
Mengaku rindu saat hilang,
Tak menggenggam saat berdampingan.
Begitulah,
kita dan Ramadhan.
Catatan:
Sebelumnya sudah saya posting di Instagram saya @farhanjihadi di awal Ramadhan 2020.
EmoticonEmoticon