Untuk Azhari Perokok: Merokoklah dengan Bijaksana Akhie!

(brilio.net)
Musim dingin akhir tahun 2015, saya dan kawan seorang kawan merokok santai di sebuah kafe kecil di pinggiran Kairo. Saya sebenarnya sudah berhenti merokok setahun sebelum tiba di Mesir, tapi terkadang nafsu untuk menghisap rokok muncul, apalagi saat musim dingin tiba. 

Pemilik warung kopi itu nampaknya agak heran melihat wajah Asia seperti kami, apalagi dengan rokok di mulut. Ia bertanya asal kami, dengan sigap kawanku yang kuliah di Al-Azhar menjawab, 

“Saya dari India, dia ini dari Bangladesh,” 

“Kalian kuliah di Al-Azhar ya...?" 

“Bukan, kami kuliah di Cairo University.” 

Okey. Harus saya akui, di sini kami sudah berbohong dua kali. Pertama, kami berasal dari Indonesia. Kedua, kawanku yang merokok itu kuliah di Al-Azhar. Dosa? tentu saja berdosa, Akhie. Mana ada ceritanya berbohong berhadiah umrah plus. Hahahaa.

Lembaga Fatwa Mesir dan Masyaikh Al-Azhar sudah menerbitkan fatwa haram merokok. Hal ini juga menjadi fatwa resmi negara, sehingga adalah menjadi aib dan memalukan menghisap rokok di tempat umum, apalagi bagi seorang mahasiswa Al-Azhar. 

Kita semua tentu tidak ingin masyarakat Mesir kemudian memandang rendah mahasiswa Indonesia dan Al-Azhar. “Azhari kok merokok, Akhie?” 

Atas alasan ini, kami sering berbohong saat ditanya berasal dari mana ketika sedang menghisap atau membeli rokok. Indonesia dan Al-Azhar adalah nama yang tak pernah meluncur dari mulut kami saat kami merokok. Kami menjaga nama ini dengan cukup baik. 

Bagi masyarakat Mesir, melihat pelajar agama, terutama mahasiswa Al-Azhar menghisap rokok yang sudah jelas diharamkan oleh masyaikh Al-Azhar adalah sesuatu tabu dan memalukan. 

Sore tadi, Sekretaris Jenderal Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, marah besar. Adalah hal yang luar biasa jika seorang yang sering bercanda dan tersenyum ini dipenuhi amarah. Sesuatu yang besar telah terjadi dan ini tidak bisa ditolerir.

Najid Akhtiar mengunggah status di halaman WhatsApp dengan nada penuh emosi dan angkara murka, seolah-olah dunia ini ingin dilumatnya. Dalam dua lembar status WhatsApp berlayar merah maron itu, Najid bercerita dengan emosi:

Baru saja masuk pesan ke hape saya dari salah satu Masyaikh Al-Azhar: “Syaikh Najid, tolong kawan-kawan Indonesiamu dikasih tahu, jangan merokok di kampus. Saya tidak akan berbicara dengan kamu haram halal rokok, kamu sendiri pasti lebih mengerti, tapi ketika melihat satu orang dari negaramu berani merokok di lingkungan Al-Azhar, saya bingung dari siapa mereka belajar adab.” 

Saya tidak perlu menceritakan jawaban saya ke Syaikh, yang pasti kalau saya temukan sendiri Masisir yang berani merokok di lingkungan Al-Azhar, saya janji akan saya tampar langsung di tempat. 

Dari dulu senior segagah manapun, gada yang kurang ajar seperti itu. Bocah-bocah baru kemarin sore, datang ke kampus cuma di hari ujian pun malah bikin masalah. Baru kemarin belajar megang korek, merasa seakan dia paling hebat. Sudahlah, Dek. Bukan Kau saja perokok di muka bumi ini. 

Nampaknya, bukan Najid saja yang perlu marah, saya rasa siapa pun yang membaca atau mungkin melihat kelakuan yang dimaksud salah satu syekh Al-Azhar perlu marah. Siapa pun yang masih punya etika dan moral akan menilai apa yang dilakukan “bocah baru kemarin sore” tersebut sungguh keterlaluan (terlepas ia sadar atau tidak). 

Kita berharap kejadian ini menjadi kasus pertama dan terakhir, walaupun akhir-akhir ini kelakuan mahasiswa perokok aktif di tempat umum dan jalanan ini semakin hari semakin bertambah banyak saja. Bertambahnya mahasiswa Indonesia saat ini, semakin menambah beban moral bagi kita semua untuk menjaga citra mahasiswa Indonesia tetap baik dan beradab. Yah, terutama dalam hal menghembuskan asap penyakit ini. 

Makin hari makin sering saja kita melihat mahasiswa merokok di jalanan Husein. Musim dingin lalu saya melihat dua orang merokok dengan bangga di jalan depan mesjid Al-Azhar, lalu masuk ke pekarangan mesjid. Ini bukan di Indonesia, My Love! Jagalah sedikit etika kita. 

Di saat sebagian mahasiswa perokok akti memilih merokok sembunyi-sembunyi untuk menghargai diri sendiri dan menjaga nama baik Masisir, sangat disayangkan masih ada saja Masisir yang dengan congkak menghembuskan asap-asap haram itu di jalanan kota santri Husein. 

Saya tahu, berhenti merokok itu sulit, bahkan dengan niat yang kuat saja belum cukup, apalagi kita berkawan dengan sesama perokok. Sulit sekali. Namun, jika ingin merokok, merokoklah dengan etika di kampung orang. Setidaknya jika kita tidak menghargai kesehatan kita sendiri, setidaknya hargailah orang lain dan lingkungan dan sosial tempat kita tinggal. 

Dan seperti lazimnya sebuah masyarakat, sebagian masyarakat Mesir seperti kita, punya penilaian mengeneralisasikan semua hal. Tak heran, jika terlanjur sering melihat Masisir merokok di jalanan, sebagian orang Mesir mungkin akan berkata, "Apa semua mahasiswa Indonesia seperti itu?" 

Untuk menghindari hal ini, abang-abang terdahulu yang ketagihan merokok, mereka terpaksa menghisap rokok secara sembunyi-sembunyi: di kafe yang diizinkan merokok, di rumah, di balkon, atap apartemen, di toilet, di kolong jembatan, di belakang tembok, di bawah meja, di atas lemari, atau di dalam kulkas. Pokoknya mereka merokok di tempat yang tidak terlihat oleh masyarakat Mesir. 

Sebenarnya, ini bukan tentang rokok, bukan hanya tentang kita yang pecandu rokok, tapi ini tentang pandangan orang Mesir terhadap Indonesia dan marwah penuntut ilmu di Al-Azhar yang mesti dijaga. 

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Hukum dan sanksi sosial berlaku di mana kita menetap. Nah, bagaimana mungkin masyarakat Mesir mau menghargai mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia, jika kita sendiri berbuat hal-hal negatif di lingkungan rumah mereka. 

Kalau ingin tetap merokok, merokoklah, tapi dengan etika. Usahakanlah tidak di tempat mencolok seperti di tempat umum, jalan-jalan umum dekat pusat mahasiswa, apalagi kalau di kampus, ini namanya cari penyakit. 

Saya tahu, sulit sekali rasanya untuk tidak merokok di jalan-jalan, apalagi nanti ketika musim dingin. Saya tahu bagaimana enaknya menghisap rokok di saat hujan atau musim dingin. Namun, karena di kampung orang, ada hal-hal yang harus dijaga dan diselamatkan, terutama berkaitan dengan marwah Indonesia. Karena dalam merokok pun kita harus bijaksana, Akhie.[]

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »