Sultan, kawan rumahku, baru saja keluar kamar mandi dengan gelagat buru-buru. Nampaknya, ia ingin keluar rumah. Katanya, malam itu ikatan alumni pesantren Omar Dhian mengadakan reuni di salah satu rumah alumnus. Sultan begitu bersemangat saat kutanya mau ke mana dengan wajah sudah bersih dan wangi seperti itu.
"Aku mau ikut reuni. Ada acara reuni Omar Dhian hari ini," katanya dengan mata berbinar-binar. Nampaknya, ada sesuatu di acara reoni itu hingga ia terlalu bersemangat dan berdandan cukup rapi. Semacam ada udang di balik batu.
"Oh ya, anak-anak akhwat Omar Dhian ikut gabung juga ya...?"
"Ya, Bang... Banyak akhwat yang ikut. Banyak juga yang cantik-cantik Bang," katanya penuh antusias. Jarang-jarang aku lihat kawanku ini hidup penuh gairah seperti ini. Ini rupanya alasannya. Something di balik reuni.
Kulihat plastik sampah di dapur sudah penuh, aku meminta tolong pada Sultan membuangnya di tempat pembuangan sampah di luar. Aku pun mengambil plastik sampah berukuran setengah meter lebih itu dan meletakkannya di pintu.
Saat Sultan mau keluar, aku menyerahkan plastik berisi sampah itu kepada Sultan
"Aku boleh ikut gabong enggak, Tan...?" tanyaku pada Sultan. Siapa tahu, mungkin bisa bergabung bersama mereka.
Sekolahku, Madrasah Aliah Program Khusus (MAPK), sudah dibubarkan Kementerian Agama dan tidak ada lagi acara alumni yang tercipta dari sana. Jadi aku enggak pernah ikut acara reuni-reunian almamater selama di Mesir. Sesekali kita kan ingin juga merasakan aura reoni yang katanya mengasikkan itu.
"Boleh Bang. Ikut aja. Nanti datang aja ke rumah Bang Fikri Aslami. Banyak juga akhwat-akhwat yang cantik-cantik."
"Okeylah, hati-hati ajalah kalau begitu. Semoga sukses."
Aku melihat Sultan mengambil dan membawa plastik sampah itu dengan penuh semangat. Kulihat ia melompat-lompat dengan ceria di tangga apartemen, udah kayak ulat panah. Mungkin ia merasa sedang berada dalam salah satu adengan lagu India, makanya harus loncat-loncat manjah begitu, semacam orang terkena penyakit sawan.
Entah apa yang ada di pikirannya saat itu, mungkin someone yang sangat ia rindukan akan ikut hadir di sana. Entahlah. Melihat Sultan keluar rumah dengan gembira saja sudah membuatku senang.
Pintu rumah kututup. Namun, tak berapa lama, kudengar Sultan memanggil namaku dengan nada buru-buru. Aku membuka lagi pintu rumah, barangkali ada sesuatu yang tertinggal.
"Ada apa, kok balek lagi, Tan...?"
"Plastik sampah jebol dari bawah, Bang."
"Apa...? Bawahnya jebol? Makanya kalau bawa plastik sampah jangan loncat-loncat," kataku sambil tertawa.
Ya Allah, benar saja. Plastik itu jebol dan sampahnya berceceran di tangga. Ini efek kalau niat ikut reuni bukan untuk menyambung silaturahmi, tapi menyambung tali modus.[]
EmoticonEmoticon