Ustaz Hanan Attaki (Image: Kumparan.com) |
Jika Kamu laki-laki, maka jangan pernah coba-coba bertanya pada teman perempuan atau kekasihmu tentang masalah berat badan atau perkara timbangan.
"Berat badanmu berapa Sayang...? Kamu nampaknya udah mulai gemukan dikit kayaknya." Stop! Jangan pernah berani bertanya seperti ini. Ditakutkan langit akan pecah, gunung-gunung akan meledak, tsunami terjadi, petir menyambar-nyambar, bumi bergetar hebat dan gedung-gedung pada hancur semua. Ini bisa-bisa menyebabkan populasi laki-laki punah sebelum waktunya--padahal banyak yang belum menikah.
Bagi perempuan, masalah poligami dan berat badan adalah perkara tabu yang harus dihindari dan tak layak untuk diperbincangkan. Dan bagi laki-laki yang mengungkit-ungkit hal ini akan berhadapan dengan kiamat. Laki-laki bisa dibuat tamat oleh ibu-ibu garis keras. Kita tentu masih ingat, Aa Gym pernah mengalaminya terkait urusan poligami. Sedangkan sekarang, Ustad Hanan Attaki sedang terlibat masalah dengan ibu-ibu terkait perkara berat badan. Padahal, kedua orang ini tidak melakukan kesalahan. Namun apalah daya, ibu-ibu punya sentimen pribadi terhadap makhluk bernama "madu dan timbangan".
Saya takutnya, para ibu-ibu ini ikut ketularan sikap politisi yang apa-apa boikot. Saya khawatir saja jika ibu-ibu bersepakat bikin hastaq #2019GantiUstaz. Tak mau kalah, santri Ustaz Hanan ikut buat hastaq #TetapUstazHanan. Kalau begini terus kita akan menjadi bahan lelucon bangsa lain yang terus bergerak maju.
Awal permasalah berat badan ini bermula saat Ustaz Hanan Attaki menjelaskan karakter Siti Aisyah. Beliau menyebutkan bahwa salah satu ciri perempuan salihah, beratnya tak boleh lebih 55 kilogram.
"Saya teliti teks-teks tentang Aisyah, ternyata Aisyah itu anaknya cewe gaul, pinter, traveler banget, kurus, tinggi, berat maksimalnya antara 55 sampai 60 kilogram. 55 lah, makanya saya selalu bilang dimana-mana, salah satu ciri perempuan salihah, beratnya tidak boleh lebih dari 55 kilo, tau darimana ustaz Aisyah beratnya 55 kilo? Baca lagi hadisnya, kata para sahabat yang membawa tandu Aisyah, Aisyah itu lebih ringan dari tandunya, dan tandu itu beratnya sekitar 55 kilo, jadi kalau kerumah, ibu-ibu pas nimbang, hah 56, itu kurang salihah, olahraga lagi, treadmill, zumba, apalah pokoknya”.
Kita tidak bisa langsung menyalahkan Ustaz Hanan Attaki. Beliau menjelaskan karakter Siti Aisyah dengan bahasa kekinian agar mudah dimengerti jamaah yang kebanyakan memang anak-anak muda gaul. Bagi saya--yang bukan siapa-siapa--ini adalah hal yang bagus dan menarik. Ustaz Hanan memberi warna baru dalam dunia dakwah modern.
Dan diakui atau tidak, Ustaz Hanan dengan gaya dakwah kekinian ini sudah banyak membuat anak-anak gaul bertaubat dan kembali ke jalan fitrahnya. Kita harus bersyukur Indonesia memiliki Ustaz Hanan Attaki. Dibandingkan beliau, kita ini tidak ada apa-apanya dalam dunia dakwah menyebarkan pesan rahmat lil alamin. Ustaz Hanan Attaki menyentuh hati-hati pemuda gaul, anak genk motor, cewek-cewek modis dan modern yang tidak tersentuh pendakwah lain.
Nah, karena objek dakwah Ustaz Hanan adalah pemuda gaul dan anak-anak zaman now. Maka beliau memilih menggunakan kosakata kekinian yang mudah dimengerti jamaah beliau itu. Makanya beliau menyebutkan Siti Aisyah sebagai cewek gaul, traveler banget, dan berat badannya berkisar 55 kilogram.
Siti Aisyah cewek gaul...? Dalam konteks kekinian boleh jadi demikian. Mengapa...? Siti Aisyah merupakan perempuan yang paling banyak meriwayatkan hadis, dua ribuan hadis lebih. Para sahabat sering bertanya pendapat kepada Siti Aisyah. Siti Aisyah cukup terbuka dan mudah bergaul dengan sahabat perempuan. Siti Aisyah menjadi salah satu tempat rujukan hukum utama setelah Rasulullah Saw wafat. Dalam konteks zaman now, hal ini bisa dikatagorikan "gaul", gaul yang syar'i.
Siti Aisyah seorang traveler...? Dalam banyak teks sirah nabawiyah, kita bisa mendapati bahwa Siti Aisyah sering menemani Rasulullah Saw dalam sejumlah perjalanan. Jadi sebenarnya tidak salah jika dalam konteks zaman now Ustad Hanan Attaki menyebutkan bahwa Siti Aisyah sebagai seorang traveler. Traveler syar'i yang setia menemani suami dalam perjalanan. Dalam perjalanan, Siti Aisyah dan Rasulullah Saw disebutkan beberapa kali melakukan lomba lari. Ini kan so sweet banget.
Bagaimana dengan berat badan Siti Aisyah...? Ini agak berat Men. Seperti yang saya katakan tadi, ini masalah sensitif banget. Ingat kan motto "Ibu-ibu bersatu tak bisa dikalahkan". Bisa-bisa saya yang malah jadi sasaran boikot yang baru.
Tunggu ibu-ibu. Please, sabar dulu.
Ustaz Hanan menyebutkan "Salah satu ciri perempuan salihah, beratnya tidak boleh lebih dari 55 kilogram". Salih atau salihah sendiri arti bahasanya adalah sesuatu yang baik atau sesuatu yang layak. Sesuatu yang layak atau sesuai, terkadang disebut juga ideal. Nah, melihat konteks kalimat yang dijelaskan Ustaz Hanan, kita bisa menilai bahwa yang dimaksud dengan salihah di sini tentang berat tubuh yang ideal bagi perempuan, atau lebih tepatnya tentang menjaga penampilan dan kesehatan. Beliau menjelaskan tentang tubuh yang "salihah". Bukankah menjaga tubuh tetap sehat dan tetap menarik dilihat oleh suami juga merupakan suatu bentuk ibadah...? Ibu-ibu masak lupa...?
Ibu-ibu jangan mudah baper dulu dong, Ustaz Hanan Attaki tidak mengatakan salihah atau tidaknya seseorang bukan hanya dilihat dari timbangan berat badan. Ustaz Hanan Attaki dalam klasifikasinya juga menjelaskan bahwa ini hanyalah bahasa kiasan.
"Kemudian inilah yang menginspirasi saya, memotivasi saya kepada teman-teman akhwat agar tetap menjaga fisik meski ini bukan satu-satunya ciri-ciri salihah dan sesuatu yang perlu terlalu diseriusin. Bahwa menjaga fisik untuk suami itu ibadah, berolahraga itu ibadah. Salah satu ciri perempuan salihah beratnya 55 kg ini adalah bahasa kiasan. Mungkin kita perlu mempelajari bahwa ada bahasa dalam Alquran itu disebut dengan 'bayan', 'majaz', 'mutasyabihat', dan seterusnya. Jadi bahasa yang dipelajari dalam tafsir Alquran saya pakai dalam bahasa dakwah," ungkap Ustad Hanan Attaki dalam video klarifikasi yang ditayangkan di akun Youtube beliau dengan judul Klarifikasi Dalam Ceramah. Coba tolong didengar baik-baik agar tidak salah paham, cukup lembut beliau melakukan klarifikasi.
Kita harus yakin, bukan timbangan berat badan yang penting, yang paling penting adalah timbangan amalan kita. Kalau salihah atau tidaknya wanita hanya dilihat dari berat badan, Mamah Dedeh pasti duluan yang mengajukan banding dan protes. Masak kita tega menyebut Mamah Dedeh tidak salihah.
"Kan banyak sekali hal yang bisa dibahas, mengapa beliau membahas yang kontroversial ini. Masalah berat badan ini...?" bantah ibu-ibu tetangga yang masih tidak mau terima.
Ibu, Ustad Hanan Attaki sudah membahas banyak hal, beliau mengupas tentang karakter Siti Aisyah, termasuk berat tubuhnya. Dan ini kan juga masalah penting. Lebih ke masalah menjaga fisik dan kesehatan. Kalaupun ibu tetap bersikeras beliau memang bersalah dan kurang tepat membahas masalah berat badan, tolonglah jangan sesekali kita melihat orang dari satu sisi saja. Jika kita melihat orang dari satu sisi saja, kita telah mendhalimi orang tersebut.
Siapapun kita tentu punya banyak sisi positif, kita pasti tidak ingin dilihat orang hanya dari sisi buruk saja kan? Barangkali juga dari ribuaan pemuda/i gaul yang sudah beliau hijrahkan, di antaranya ada anak-anak ibu atau anak tetangga ibu, atau teman-teman anak ibu. Barangkali jika mereka belum berhijrah, mereka bisa saja merusak dan mempengaruhi lingkungan dan perilaku anak-anak ibu.
Ini adalah hikmah yang besar. Untuk ke depan mungkin siapapun bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah, kata-kata dan narasi, sehingga masyarakat tidak terjebak dalam hal kontroversi (wabil khusus yang menyangkut perasaan perempuan).
Walaupun ini nampaknya tidak mungkin dibaca oleh Ustaz Hanan Attaki, saya ingin berterimakasih dan berpesan, "Teruslah berdakwah Ustad, teruslah menjadi mata air kesegaran bagi pemuda-pemuda gaul yang ingin berhijrah. Teruslah menginspirasi generasi-generasi milenial seperti saya."
Siapapun kita tentu punya banyak sisi positif, kita pasti tidak ingin dilihat orang hanya dari sisi buruk saja kan? Barangkali juga dari ribuaan pemuda/i gaul yang sudah beliau hijrahkan, di antaranya ada anak-anak ibu atau anak tetangga ibu, atau teman-teman anak ibu. Barangkali jika mereka belum berhijrah, mereka bisa saja merusak dan mempengaruhi lingkungan dan perilaku anak-anak ibu.
Ini adalah hikmah yang besar. Untuk ke depan mungkin siapapun bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah, kata-kata dan narasi, sehingga masyarakat tidak terjebak dalam hal kontroversi (wabil khusus yang menyangkut perasaan perempuan).
Walaupun ini nampaknya tidak mungkin dibaca oleh Ustaz Hanan Attaki, saya ingin berterimakasih dan berpesan, "Teruslah berdakwah Ustad, teruslah menjadi mata air kesegaran bagi pemuda-pemuda gaul yang ingin berhijrah. Teruslah menginspirasi generasi-generasi milenial seperti saya."
Dan saya mohon maaf untuk ibu-ibu, semoga tulisan ini tidak menyinggung perasaan ibu-ibu (terutama ibu yang akan menjadi calon mertua saya). :D
Salam,
@farhanjihadi
EmoticonEmoticon