Lelucon Doa Politisi Tiffatul Sembiring

Bapak Tiffatul Sembiring membaca doa di sidang tahunan MPR. (Gibran Maulana Ibrahim/detikcom)


“Gemukanlah badan beliau Ya Allah karena kini terlihat semakin kurus padahal tekad beliau dalam membangun bangsa dan negara ini tetap membaja untuk maju terus agar menjadi bangsa yang adil makmur dan sejahtera," begitulah Bapak Tiffatul Sembiring berdoa yang ditujukan untuk Presiden Jokowi. Beberapa anggota dewan yang sedang khusyu' berdoa terlihat dan terdengar tertawa.


Lebih jauh ia melanjutkan doanya untuk Wakil Presiden Yusuf Kalla. "Ya Allah bimbinglah wakil presiden kami Bapak Yusuf Kalla meskipun usia Beliau sudah tergolong tua tapi semangat beliau tetap membara," doanya lagi.

Bapak Tiffatul Sembiring dalam wawancara dengan awak media memang menyebutkan tidak memiliki maksud tertentu.

"Memang saya amati makin kurus aja ya kan, saya doain supaya gemuk. Boleh kan," katanya seperti dikutip dari tribunnews.com. "Doanya supaya dikabulkan oleh Allah," lanjutnya lagi.

Walaupun begitu, setelah melihat video doa Bapak Tiffatul Sembiring dalam sidang tahunan MPR yang juga dihadiri langsung presiden dan wakil presiden, hari ini saya baru sadar, ternyata cuma begini kemampuan berbahasa yang baik dan santun seorang mantan presiden sebuah partai. Seharusnya jika ingin mendoakan kebaikan seseorang sebaiknya memakai kalimat-kalimat yang sopan dan tidak menyinggung fisik.

Saya sangat percaya bapak yang pernah duduk di pimpinan tertinggi partai itu punya niat baik, sangat baik malah: mendoakan kebaikan untuk pemimpin. Kita hanya bisa berhusnudhan. Namun sayang, Bapak Tiffatul Sembiring memakai bahasa yang kurang tepat, di tempat tidak tepat. Acara resmi kenegaraan. 

Dari pada memilih kata-kata baik seperti "Semoga selalu diberi kesehatan dan umur panjang", ia lebih memilih kata-kata menyindir fisik "Gemukanlah badan beliau Ya Allah karena kini terlihat semakin kurus..." dan "Ya Allah bimbinglah wakil presiden kami Bapak Yusuf Kalla meskipun usia Beliau sudah tergolong tua tapi semangat beliau tetap membara..."

Kata-kata "Gemukkanlah, kurus atau tergolong tua" bisa dihaluskan dengan kalimat lebih santun dan sopan seperti, "Semoga presiden dan wakil presiden selalu sehat dan panjang umur" atau ungkapan santun sejenisnya. Ini bukan hanya masalah etika berbicara di depan umum, malah lebih besar dari itu. Bapak Tiffatul sedang berdoa. Pengharapan yang sakral kepada Tuhan. Dan pemilihan kata-kata Bapak Tiffatul sungguh tidak tepat (walaupun didasari dengan niat baik).

Kata-kata dalam doa yang tidak tepat itulah akhirnya menjadi bahan tertawaan dan lelucon seluruh negeri. Melalui doa,beliau seolah sedang melakukan stand-up comedy.  Dan ini menjadi contoh yang buruk dari seorang pejabat publik. Ini terkait etika dan kepantasan.

Sebagai mantan menteri komunikasi dan informatika, seharusnya beliau paham betul hal-hal sakral nan sensitif terkait etika berkomunikasi. Dan sebagai mantan presiden salah satu partai Islam, beliau seharusnya tahu tata cara berdoa yang baik dan benar di depan publik saat acara resmi.  Masak  seorang yang diustadkan di kalangan partai Islam, ini saja tidak mengerti?

Tapi apalah daya, dalam sejarahnya, politik memang bisa merusak apa saja. Termasuk doa-doa yang sakral. Mungkin, sudah saatnya doa-doa di momen apapun, khususnya acara resmi kenegaraan, tidak lagi dipimpin politisi.
Kita hanya berharap niat Bapak Tiffatul Sembiring ikhlas dan tanpa maksud "jelek" tertentu. Niat seseorang siapa yang tahu kan? Dan kalaupun tidak menggunakan bahasa yang pantas pada tempatnya, anggap saja sebagai kekhilafan tak disengaja. Pokoknya anggap saja seperti itu.

Jika tidak begitu, anggap saja berangkali Bapak Tiffatul Sembiring sedang berusaha menyalurkan bakat komedinya yang tidak ditampung di DPR. Beliau hanya menyalurkan bakat terpendamnya saja. Sayangnya, disalurkan di saat yang salah.[] 

Sebuah doa haruslah menjadi sebuah pengharapan yang sakral, karena doa-doa itu dilangitkan kepada Tuhan, kepada Allah, bukan kepada presiden atau wakil presiden.



Flash Blogging, Bagaimana Para Blogger Mengisi Kemerdekaan Republik Indonesia

Foto bersama Bapak Dedet Surya Nandika

Pagi itu saat membaca sebuah postingan di beranda facebook aku bertanya kepada kakak. “Kak, peu lon na dikira blogger?” Saya ragu-ragu apakah saya masuk katagori blogger atau tidak. Bagaimana definisi bloger sebenarnya saya kurang mengerti.

“Na, droe na blog dan na postingan, berarti dianggap blogger. Yah, walaupun kadang postingan droe hana jelas meunan” Ia tertawa, menurut kakakku—yang juga seorang alumni jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry—definisi blogger yang cukup sederhana adalah orang yang menulis di blog. Mendengar penjelasan singkat ini, berarti aku termasuk salah satu blogger. I am blogger I am very happy. Sesederhana itu.

Pemerintah Indonesia di bawah Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) mengadakan acara Flash Blogging. Melihat kalimat pemerintah dan Flash Blogging, pikiran sempitku langsung terbayang tugas pemerintah dalam upaya memberantas kemiskinan dan pengangguran nasional. Aku sempat berfikir, mungkin ini program pemerintah untuk meningkatkan mutu blogger Indonesia khususnya Aceh agar bisa menghasilkan rupiah melalui blog.

Tanpa berfikir panjang, aku langsung mendaftar saat itu juga setelah bertanya kepada kakak seperti cerita singkat di atas. Saat mendaftar, yang ada dipikiranku saat itu hanya cara bagaimana menghasilkan duit dari blog, itu saja. Pikiran yang sangat materialistis kurasa.

Lebih tidak waras lagi, bukan hanya berfikir mendapatkan uang dari blog, aku juga sempat berkhayal bisa mendapatkan pasangan hidup dari blog. Siapa tahu kan di sini kita bisa jumpa seseorang misalnya? Yah, hitung-hitung selain mengurangi angka kemiskinan, juga bisa meminimalisir jumlah penganguran asmara di Aceh—yang sudah masuk ke tahap memprihatinkan.

Ke Permata Hati

Pagi ini aku berangkat buru-buru menuju tempat pelaksanaan acara seminar Flash Blogging di hotel Permata Hati. Sebelum berangkat, aku sempat bertanya di mana pastinya lokasi hotel Permata Hati.

“Pas di belakang kantor harian Serambi Indonesia,” jawab kakakku penuh mantap. Penuh rasa percaya diri. Tanpa berpikir panjang, aku langsung meluncur ke Permata Hati, di belakang kantor Serambi Indonesia.

Nasib sial pagi menjebakku, sesampai di hotel Permata Hati. Petugas security mencegatku di pintu masuk.

“Ada acara apa Bang kemari?”

“Acara Flash Blogging, benar kan di sini acaranya?”

“Bukannya acaranya besok ya? Hari ini enggak ada acara di sini.”

“Jiakh… Yang betol Bang. Saya yakin jadwalnya hari ini. Hari Selasa,” bantahku sambil menampakkan jadwal kegiatan dengan rasa percaya diri.

“Ini bukan di Permata Hati Bang, tapi di hotel Grand Permata Hati. Beda.” Petugas itu tertawa.

“Beda Bang ya…?” Aku berakhir cengar-cengir bak orang bodoh kehausan di tengah kolam renang. Benar-benar konyol.


Memalukan, semangat menggebu-gebu agar bisa tiba tepat waktu tanpa dibarengi dengan informasi yang baik dan tepat membuatku tersesat pagi ini. Dan akhirnya aku harus melanjutkan perjalanan menujut hotel Grand Permata Hati, bukan Permata Hati. Ada Grand-nya. Sial. 



Acara Flash Blogging

Nasib untung, belum sial betul rupanya. Acara Flash Blogging ternyata molor karena beberapa pembicara masih mengikuti acara memperingati MOU Helsinki di Blang Padang.

Flash Blogging yang mengangkat tema besar “72 tahun RI, Indonesia Kerja Bersama” memang diadakan dalam momentum memperingati kemerdekaan Indonesia yang sudah memasuki usia 72 tahun. 

Acara dibuka oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik yang diwakili oleh Direktur Kemitraan dan komunikasi, Dedek Suryandika. Dalam kata sambutannya Bapak Dedek menjelaskan pentingnya peranan teknologi informasi saat ini. 

Bapak Dedek berharap para blogger dari Aceh bisa berkontribusi yang baik dalam memproduksi konten-konten positif. Dalam perkembangan teknologi informasi ini beliau turut menyesalkan banyaknya tersebar konten-konten negatif yang tidak bertanggung jawab. Konten-konten seperti ini menjadi masalah dalam kehidupan—termasuk kehidupan berbangsa dan bertanah air. 

Konten-konten negatif merusak segala lini masyarakat jika diproduksi dan disebarkan secara massif. Sebagai masyarakat, khususnya para blogger, kita harus menerapkan prinsip tabayyun terhadap sebuah isu yang sedang berkembang di masyarakat.

“Kita haruslah tabayyun dulu saat melihat sebuah berita. Jangan sampai jempol kita, lebih cepat dari otak,” pesan Bapak Dedek. 

Perkembangan teknologi berkembang cukup kencang. Informasi mengalir cukup deras, dan sering kali sulit dikontrol dan difilter dengan baik. Rumor tidak jelas, informasi sesat menyesatkan dan kabar-kabar hoax berseliweran di penjuru media sosial. Informasi tersebar tanpa saring, dan kerap diterima begitu saja oleh masyarakat. Hal ini akhirnya berakibat negatif terhadap kehidupan bermasyarat dan bertanah air.

Bapak Dedet Surya Nandika juga turut berpesan dan mengajak para blogger agar mengisi kemerdekaan dengan terus memproduksi konten-konten positif, bermanfaat dan menyejukkan. Konten yang disebarkan tidak boleh bersifat provokasi, adu-domba ataupun memperkeruh suasana.
Aku sangat setuju dengan Bapak Dedet, segala informasi harus kita saring dan kita verifikasi terlebih dahulu sebelum kita menyebarkannya. Informasi seperti ini bukan hanya menyesatkan orang lain, tapi juga menyesatkan kita, seperti halnya aku tadi pagi saat berusaha mencari hotel Permata Hati, yang ternyata Grand Permata Hati. Konyol dan memalukan bukan? 
Acara Flash Blogging ini ternyata cukup menarik, meskipun sebagian sudah banyak yang sudah kami pahami tapi tetap saja kami memperoleh ilmu-ilmu baru yang bermanfaat dan langsung kita dengar dari pakarnya. Seperti Bang Andi Basodjaya yang memaparkan tentang menulis kreatif, juga Bapak Saifuddin Bantasyam yang menjelaskan tentang kerja sama dalam kemajemukan, dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.



Dan ternyata, sampai selesai acara Flash Blogging, pemateri sama sekali tidak menyinggung tentang bagaimana menghasilkan rupiah dari blog, apalagi mendapatkan pasangan.[]


Sesuai Fakta Al-Quran, Penelitian Modern Mengungkapkan Ternyata Hati Juga Berpikir

nwaaem.com

Berbeda dengan hewan, otak manusia adalah ciptaan Allah yang paling menakjubkan. Otak dianugerahi keistimewaan sehingga memiliki kemampuan melakukan proses pemikiran yang tidak mampu dilakukan oleh makhluk lainnya. 

Selama ribuan tahun kita berkeyakinan, dan hampir tidak ada bantahan terkait bahwa otak sebagai satu-satunya instrumen ataupun organ yang digunakan sebagai alat berpikir. Padahal nyatanya tidak demikian, ada organ lainnya yang memiliki tugas berpikir dalam tubuh manusia seperti halnya otak.

David Paterson, Ph.D. Seorang guru besar di Universitas Oxford, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Mercola dalam artikel ilmiahnya, menemukan bahwa otak kita bukanlah satu-satunya sumber emosi, hati juga turut andil dalam menghadirkan emosi. Hati kita benar-benar mengandung neuron yang serupa dengan otak. 

Hati dan otak manusia adalah instrumen yang memiliki keterkaitan erat dan saling melengkapi, menciptakan keseluruhan emosional simbiosis.

Neuron adalah senyawa hal yang memungkinkan otak berpikir. Banyak neuron di dalam hati kita yang masih belum diketahui. Masih menurut Profesor David, satu hal yang pasti, "otak" di dalam hati kita berkomunikasi bolak-balik dengan otak di kepala. Ini seperti komunikasi dua arah. Saling keterkaitan.

Seperti dilaporkan Metaphysicsforlife.com, Sejak tahun 1991, Institute of Heartmath yang berlokasi di Boulder Creek, Colorado, telah mempelajari kekuatan dan pengaruh hati manusia terhadap otak dan tubuh. Apa yang mereka temukan bertentangan dengan apa yang kebanyakan diajarkan serta dipercayai oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat kita.

Penelitian ilmiah tersebut bahkan mengungkapkan bahwa hati manusia ribuan kali lebih kuat dan berpengaruh dibanding otak dalam mengirimkan sinyal dan informasi ke bagian tubuh manusia lainnya. 

Hati manusia berkomunikasi dengan otak dan tubuh dengan menggunakan hormon, sistem saraf, dan medan elektromagnetik. Otak juga menghasilkan medan elektromagnetik, namun jauh lebih kecil dan lebih lemah daripada medan hati.

Masih menurut penelitian, hati juga memompa hormon ke seluruh tubuh dan mengatur banyak fungsi, termasuk pemikiran dan persepsi di otak. Bidang elektromagnetik yang menyelimuti tubuh menciptakan semacam lingkungan lokal yang telah terbukti mempengaruhi perilaku DNA di sel manusia.

Yang paling tidak biasa dari semua hal itu adalah kemampuan pikiran hati untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan gambar aktual ke otak. Sinyal-sinyal ini diubah menjadi kata-kata, gambar, suara dan bentuk lain yang dapat kita gunakan untuk berkomunikasi, menciptakan, dan berhubungan satu sama lain.

Jauh sebelum itu, sekitar empat belas abad yang lalu, Al-Quran telah datang dengan pesan jelas terhadap fenomena “hati yang berpikir” tersebut. Ulama Muslim sendiri telah mendalami maksud Al-Quran tentang hal ini, sehingga Imam Syafi’i, Imam Malik dan ulama lainnya berpendapat bahwa akal sebenarnya terletak di hati. Mereka berkeyakinan bahwa hatilah yang bertugas mengirim sinyal ke otak. 

Pendapat para ulama Muslim ini berdasarkan firman Allah dalam ayat Al-Quran yang menyebutkan secara jelas tentang berpikirnya hati seperti dengan lafaz "yafqahun" atau "ya’qilun".

“Kami telah menjadikan untuk isi neraka Jahanam, kebanyakan dari manusia dan jin. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk berpikir. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih hina lagi, Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami (berpikir) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 49)

Dalam surat Al-A’raf ayat 179 di atas, Allah memakai kata "yafqahun", sedangkan di surat Al-Hajj ayat 49 Allah menggunakan kata "ya’qilun". Kedua kata ini menunjukkan arti yang sama yaitu memahami atau berpikir.

Mayoritas kita selama ini hanya beranggapan bahwa hati hanya tempat lahirnya rasa cinta, kasih sayang dan empati. Jauh daripada itu semua, hati memiliki peran yang sangat sakral dalam proses berpikir. 

Hati bekerja sama dengan otak, sehingga ia tidak hanya berpikir sendiri. Hal inilah yang akhirnya membentuk pikiran manusia secara kompleks. Hubungan hati dan otak ini juga melahirkan perasaan kasih sayang kepada orang lain dan timbulnya rasa simpati. Rasa empati dan simpati inilah yang menjadikan kita sebagai makhluk Allah yang paling paripurna.


Demikianlah Allah telah menjelaskan secara gamblang bahwa hati manusia berpikir layaknya otak. Suatu yang sudah belasan abad lalu disampaikan melalui Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.[]


***
Sudah dimuat juga sebelumnya di kmamesir.org.

Donor Darah Bersama Zainal Abidin



Imam menjerit genit saat perawat cantik menusuk salah satu jari tanggannya dengan sebuah alat menyerupai pulpen. Setelah itu Imam tersenyum, kakak cantik di depannya itu ikut tersenyum. Aku sangat yakin, jika yang duduk di depannya seorang laki-laki, Imam pasti memasang wajah sangar. Ini hanya modus. Akal-akalan Imam saja. Aku tahu itu! Ini hanyalah tabiat busuk beberapa laki-laki yang terdeteksi berpenyakit buaya darat.

Karena senyum perawat ini jugalah Imam bertekad kuat hendak mendonorkan semua darahnya, bahkan jika perlu seluruh organ tubuhnya diinfakkan, khususnya hati.



"Entah mengapa, melihat senyum ini. Aku ingin segera donor hati. Aku ingin donor tubuhku, An," bisiknya padaku. Kurasa Imam sudah mabuk.

Hari ini, Rumah Sakit Umum Zainal Abidin menyelenggarakan acara Donor Darah Massal dalam rangka menyambut HUT RI ke-72. Aku mengetahui acara ini dari seorang kawan yang bekerja di rumah sakit terbesar dan terlengkap di Aceh ini.

“Bang Farhan, ada acara donor darah massal di ZA, tanggal 1 sampe 3 Agustus. Mulai jam 9 pagi.”

Melihat pesan ini, aku langsung menghubungi Imam Fuadi, ia sangat berazam ingin segera melakukan donor darah. Sama sepertiku, Imam juga sudah cukup lama tidak melakukan donor darah. Ia salah satu yang sudah merasakan nikmat dan segarnya tubuh setelah melakukan donor darah. Donor darah itu seperti menghisap kopi atau rokok, bikin ketagihan. Dan Imam telah merasakan rasa ketagihan itu.

Imam Fuadi dan petugas donor darah.
Saya sangat yakin, senyum inilah yang telah menjerat Imam ketagihan donor darah rutin
(Maaf, bukan senyum laki-laki berseragam putih di sebelahnya. Senyumnya itu pahit sekali.)
Bagi siapa pun yang belum pernah mendonorkan darahnya biasanya terselip rasa khawatir dan was-was: bagaimana sakitnya saat sebuah jarum menusuk pembuluh darah dan menyedot darah dari tubuh, membayangkan sakit tak terkira dan bagaimana jika nanti pingsan? Apakah sakit dan berbahaya?

Jangan takut donor darah. Alhamdulillah dengan proses steril, profesional ditambah senyuman manis dari kakak-kakak PMI, kita akan merasakan sakit. Malahan kita akan merasakan ketagihan untuk terus melakukan donor darah.  

Donor darah tidak sehoror atau seangker itu, tidak sehoror saat kita menyaksikan adegan-adegan film zombie saat menghisap dara korbannya. Tidak seperti itu. Donor darah dilakukan dengan cara profesional dengan mengedapankan aspek kesehatan dan keselamatan jiwa pendonor. Contohnya: sebelum donor, kita akan dicek dan diperiksa dulu, apakah tubuh siap untuk melakukan donor darah. Dan jika tidak siap, petugas dari PMI akan melarangnya.

Tahapan donor darah biasa mengisi formulir pendaftaraan donor yang berisi biodata singkat dan catatan riwayat penyakit, formulir itu nantinya diserahkan kepada petugas di bagian cek dan pemeriksaan—mulai dari pemeriksaan tensi darah hingga kadar hemoglobin.

Saat pemeriksaan inilah Imam menjerit genit saat jarum mungil menusuk salah satu jari tangannya. Di depan kakak ini, Imam terlihat keganjenan, padahal ia hanya ditusuk jarum kecil alat medis untuk mengeluarkan darah.

Darah Imam dicek, diperiksa apakah ia dapat melakukan donor darah saat itu. Bahkan jika saat itu, kakak yang manis ini mengatakan Imam belum cocok untuk donor darah, aku yakin ia akan mengabaikannya. Ia tetap akan memaksakan diri melakukan donor darah, bahkan  mungkin berencana untuk mendonor hatinya. Lemah sekali iman kawanku ini.

Dalam hal mendonorkan perasaan, saat ini Imam belum terkalahkan. Ia hanya kalah oleh nasib beruntung kawan-kawanya yang duluan menikah. itu saja.

“Alhamdulillah, nyoe jeut donor,” kata kakak itu dengan Bahsa Aceh. Aku sempat terkagum, jarang-jarang kulihat dan kudengar perempuan di Banda Aceh, apalagi kerja di sekitar alat-alat medis bertutur Bahsa Aceh. Aku kagum.

Kakak itu tersenyum lembut ke wajah Imam. Manis. Imam tersipu malu. Benar-benar konyol. Ia hampir lupa mengambil kertas formulir yang harus dibawa ke tempat selanjutnya. Tempat pengambilan darah. Di sinilah kita akan dieksekusi, tangan kita akan ditusuk jarum, dan darah akan disedot sekitar 350 cc.

Setelah berbaring di kursi pengambilan darah, petugas donor darah—yang saya kenal bernama Munawir—berbicara banyak hal dengan ramah. Pembuluh darah di lengan kiri saya ditusuk jarum seukuran mata pulpen, rasanya seperti digigit semut (bukan semut raksasa). Darah tersedot, mengalir melalui selang medis transparan yang terhubung ke kantong darah. Kita bisa melihat darah mengalir lancar turun memenuhi kantong darah yang diletakkan di bawah.

Seperti bersedekah, donor darah ini adalah sedekah yang sederhana tapi cukup bermanfaat untuk orang lain: bisa menyelamatkan nyawa orang lain, bisa membantu seseorang berjuang melawan penyakitnya.

Rasa sakit seperti digigit semut dan darah yang disedot dari tubuh kita, hanyalah secuil jika dibandingkan dengan dahsyatnya manfaat yang diperoleh setelah mendonorkan darah. Jika kita googling, kita akan menemukan banyak sekali artikel tentang manfaat donor darah. Mulai dari menjaga kesehatan jantung, membuat darah mengalir lebih lancer, meningkatkan produksi sel darah merah, dan juga sekalian cek kesehatan gratis.

Setelah donor darah selesai dilakukan, darah kita nantinya akan dicek lagi di laboratorium. Ini dilakukan agar darah yang kita donor benar-benar steril dari penyakit yang membahayakan pendonor dan orang yang mendapatkan donor. Jika ada sesuatu yang salah dan berbahaya dengan darah kita, kita pasti diberitahu oleh petugas PMI.

“Apa semua penyakit akan diberitahukan jika darah kita mengandung penyakit?” Tanyaku pada Munawir, petugas yang mengambil darahku.

“Tidak, tidak semua penyakit akan diberitahu. Khusus penyakit berbahaya dan menular seperti Hepatitis B, Hepatitis C, Sipilis, HIV.”

“Oee.. berarti tidak semua. Jika misalnya kita mengidap darah manis berarti tidak akan diberitahu ya?”

“Iya,” Ia mengangguk.

Tidak semua penyakit diberitahukan, hanya penyakit dengan level berbahaya tinggi saja yang akan diberitahukan. Dan jika akan diberitahukan, pastilah prinsip menjaga rahasia pendonor, seperti penyakit HIV. Penyakit-penyakit seperti kekurangan kasih sayang, penyakit jomlo bertahun-tahun, penyakit hidup dalam kesepian, penyakit tidak memiliki kekasih hidup, dan penyakit kekurangan uang, tentu tidak akan terdeteksi di laboratorium canggih Zainal Abidin, apalagi PMI. Untuk penyakit-penyakit seperti itu, kamu harus ke KUA setempat, atau menghubungi biro jodoh terdekat. Hahahaa.

Aku tidak tahu, apakah penyakit kurang kasih sayang yang mengalir deras di darah Imam bisa menular juga ke orang lain. Jika penyakit jenis ini nantinya bisa menular, sebaiknya pihak PMI membatalkan darah kesepian ini untuk didonorkan. Aku hanya tidak bisa membayangkan bagaimana jika orang sakit yang ingin dihibur, malah akan kesepian setelah mendapat donor dari darah "terkutuk"  ini.

Setelah pengambilan darah selesai, kita akan diarahkan ke tempat pengambilan air, kue dan multivitamin. Dan karena hari ini sampai hari Kamis besok merupakan hari donor darah massal, petugas donor darah juga memberikan kami kupon. Kupon ini nantinya akan diundi di hari terakhir (hari Kamis) untuk mendapatkan beragam doorprize yang menarik. 

Sebelum pergi meninggalkan tempat donor darah yang terletak persis di depan Instalasi Transfusi Darah RSUZA, sebuah kalimat yang dipampang di spanduk publikasi donor darah menarik perhatianku. 

“Setiap pendonor adalah pahlawan.”


Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.(QS. Al-Maidah:32) Donor darah adalah ibadah, banyak yang meyadarinya, tapi tidak banyak yang berani melakukannya. Donor darah adalah sedekah. Sedekah yang sederhana tapi banyak sekali manfaatnya.


Bagi kamu-kamu yang baca ini dan berniat untuk melakukan donor darah di acara Donor Darah Massa di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh, kamu bisa melakukannya besok atau lusa. masih tersisa dua hari lagi. Ada doorprize-nya juga lhoe...!

Atau bagi kamu-kamu yang ingin donor darah, tidak sekarang atau hari ini. Kamu bisa melakukan donor darah di kapanpun kamu mau, PMI Banda Aceh yang berkantor di depan Stadion bola Lampineung terbuka 24 jam. Melayani dengan penuh profesional.[]