shunvmall.com |
Dalam Islam, akal memiliki peranan sangat amat penting dalam proses keimanan seorang muslim. Seorang hanya akan dianggap sebagai mukallaf—muslim yang dibebankan hukum Islam kepada dirinya—jika akal dan pikiranya berfungsi. Akal menjadi salah satu syarat mukallaf. Akal dan segala proses berfikir inilah yang nantinya akan melahirkan keimanan.
Bukan hanya itu saja, akal adalah piranti lunak yang juga berfungsi untuk menggiring perasaan. Segala jenis perasaan seperti benci dan cinta lahir setelah melewati proses penyelidikan di bagian otak.
Manusia sangat paham hubungan antara sistem operasi otak (baca: akal) dan perasaan ini, sehingga jika saja ada kasus kekerasan atau kekejian yang melewati batas kita kerap mengumpat pelakunya dengan sebutan "Hana akai, lagee ureung hana utak," kayak orang enggak ada otak, dan sebagainya. Otak atau akal menjadi objek yang terus akan dihakimi terkait manusia yang tak punya rasa belas kasihan.
Ulama muslim sendiri berbeda pendapat terhadap letak akal itu sendiri, apakah akal letaknya di otak atau di hati. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa akal letaknya di otak, sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Malik berkeyakinan bahwa akal itu berada di hati, hatilah yang mengirim sinyal ke otak.
Allah telah menciptakan alat yang sangat canggih berupa akal untuk berfikir yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, terutama binatang. Tanpa penggunaan akal yang baik inilah kita cenderung berperilaku hewani, sehingga lahirlah ungkapan-ungkapan jahat seperti: "Kayak binatang atau seperti enggak punya hati" terhadap perilaku tidak manusiawi dan jauh dari sifat kasih sayang. Akal inilah yang menuntun kepada hubungan cinta dan kasih sayang.
Islam menjelaskan hubungan akal dan kasih sayang dengan sangat baik. Dalam kitab Makarimul Akhlak karya Zainab Abbas Zaki dijelaskan bahwa kata-kata "al-Ilmu (ilmu)" hampir tidak pernah ditemukan dalam Al-Quran melainkan selalu berdampingan dengan kata-kata "Ar-Rahmah" yang berarti kasih sayang.
Seperti surat Ghafir ayat 7,
"Ya Tuhan kami, rahmah dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu.”
Atau surat al-Kahfi ayat 65,
"Lalu mereka berdua bertemu seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang telah kami beri rahmah kepadanya dari sisi kami, dan yang telah kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi kami."
Secara tidak langsung Al-Quran ingin menjelaskan kepada manusia bahwa orang-orang yang berakal dan berilmu sangat dekat dengan nilai-nilai kasih sayang—walaupun ayat-ayat Al-Quran lain dan hadis Nabi sangat banyak berbicara tentang cinta dan kasih sayang.
Akal inilah yang selayaknya kita gunakan dengan baik untuk mencapai cinta dan rahmah Allah dengan cara berkasih sayang kepada sesama, khususnya sesama muslim (bukan sesama jenis ya, kalau ini nauzubillah).
Tanpa akal, kita tidak bisa berfikir, menjadi pribadi berilmu dan beriman. Bahkan kita hampir mustahil pribadi yang saling jatuh cinta.
Baca Juga: Sesuai Fakta Al-Quran, Penelitian Modern Mengungkapkan Ternyata Hati Juga Berpikir
*** Note:
Sebelumnya sudah saya muat juga diinstagram saya @farhanjihadi.
*** Note:
Sebelumnya sudah saya muat juga diinstagram saya @farhanjihadi.
EmoticonEmoticon