Pertengahan Februari, saya mendaftar sidang. Awal atau pertengahan bulan selanjutnya atau Maret, saya harusnya bisa langsung mengikuti proses sidang. Disebabkan pandemik corona, sidang yang awalnya akan berlangsung pada Maret, kemudian diundur ke waktu yang tak pasti. Setelahnya, setiap dua minggu sekali, saya sering mengunjungi kampus, bertanya kapan bisa dinikahkan. Eh maksud saya, kapan bisa disidangkan. Tak ada jawaban pasti dari kampus. Mesir pun saat itu masih bergulat dengan peraturan baru demi mencegah Covid-19 terus menyebar.
Juni kemarin, saya mendapat kabar baik, kampus membuka kelonggaran akademik, terutama bagi mahasiswa yang sidangnya sempat tertunda. Setelah berembuk sama pembimbing dan pihak akademik, diputuskan hari sidang saya tanggal 6 Juli. Alhamdulillah pikir saya. Namun, saat mau membayar uang sidang, kampus mengeluarkan peraturan baru bahwa segala aktivitas akademik ditunda lagi. Sidang saya pastinya ditunda juga dong. 😭
Pada 6 Juli, pihak akademik mengatakan bahwa sidang saya bisa diganti pada tanggal 26 Juli. Namun lagi-lagi nasib baik belum memihak, sidang saya terpaksa ditunda untuk kali ke sekian. Ya elah Maemunah, ini kampus kok plin plan begini. Satu hari ia kata rindu si A, besok ia bilang suka si B, besoknya lagi ngomong cinta si C, tahu-tahunya malah nikahin si Z. Tolong, ini kampus, apa buaya...? 😭
"Gara-gara pandemik corona, saya berada di waktu yang tidak tepat dan di tempat yang salah."
Menunggu sidang |
Nah, alhamdulillah pada tanggal 9 Agustus kemarin, akhirnya tesis saya bisa disidangkan dan dengan hasil jayyid jiddan (baik sekali). Hasil yang sebenarnya sudah saya duga. Menurut pembimbing, sebenarnya saya belum bisa disidangkan karena tesis masih memiliki banyak kekurangan dan pembimbing belum memeriksanya secara keseluruhan sekali lagi sebelum diperbolehkan untuk naik sidang.
"Duktur, saya harus daftar sidang bulan dua ini, jika mendaftar sidang bulan tiga atau ditunda lagi, saya harus membayar uang SPP lagi, sebanyak 1200 dolar. Tolong Duktur, itu angka yang sangat besar untuk saya," ngemisku pada pembimbing di pertengahan Februari.
"Tapi,,, tesis Kamu ini belum sempurna betul Anakku..."
1200 dolar itu bukan uang yang sedikit, jika dirupiahkan angkanya nyaris mencapai 18 juta rupiah. Harga yang cukup berharga jika ditabung untuk mahar nikah misalnya. 😂
"Maaf sekali Duktur... Saya rasa enggak masalah Duktur, masalahnya saya enggak punya uang lagi untuk bayar SPP segitu," kata saya berulangkali ke pembimbing yang akhirnya diberikan izin untuk mendaftar sidang.
Sidang tesis yang berjudul "Perempuan dan Simbolismenya dalam Puisi Mahmoud Darwish" berlangsung di Institute of Arab Research and Studies dalam suasana tertutup dengan undangan sangat terbatas. Hanya Bang Aris, Syukran, Shidqi, dan Sultan, yang menemani dan sangat membantu proses sidang tesis pada hari H.
Terima Kasih Banyak
Saya berterima kasih banyak atas segala doa dan dukungan tak terhinggga, mulai dari ibu, ayah, adik dan kakak tercinta, yang tak berhenti berdoa dan mendukung hingga titik doa penghabisan (bahkan saat saya masih dalam kandungan). Tanpa doa mereka sungguh saya tak bisa melangkah hingga ke tahap ini. Kemudian saudara, kawan-kawan di Aceh maupun di Mesir, yang tak bisa saya sebutkan namanya satu per satu. Mulai dari yang membantu proses sidang, menelepon secara pribadi, mengirim pesan via media sosial, hingga yang berdoa dan membikin status harapan dan selamat.
Hal-hal seperti ini adalah salah satu bagian terindah dari hidup saya sejauh ini. Bagi sebagian orang ini barangkali adalah hal sederhana, tapi bagi saya ini merupakan sebuah hal yang cukup sulit dibalas. Hal-hal sekecil apa pun dari doa dan dukungan, yang bahkan saya sendiri tidak tahu, adalah hal yang teramat istimewa. Terima kasih banyak dan semoga Allah membalasnya dengan hal yang jauh lebih manis.
Di antara ucapan doa dan selamat tersebut, terselib sebuah hal indah yang juga aneh di pagi hari kemarin. Sebuah pesan dari seorang kawan. Saya pikir ia ingin mengucapkan doa atau selamat kepada saya, maklum pada hari tersebut saya akan melaksanakan sidang. Namun, yang terjadi malah di luar dugaan sama sekali.
Ia malah bertanya saya pakai minyak wangi apa. 😄
Hal yang kemudian membuat hari sidangku cukup aneh lainnya adalah kue ucapan selamat dari kawan rumah dan tim KMA Tv, atas inisiatif Muhammad Syukran bekerja sama dengan A'maril Basyiriy, Fikri Aslami, Najid Akhtiar, dan Sultan.
Jujur, saya lahir dari keluarga yang sederhana dan memegang tradisi Islam yang lumayan kental, sehingga tak pernah merayakan ulang tahun atau apa saja, dengan sesuatu yang bid'ah dhalalah seperti acara potong dan makan kue tart misalnya. 😅
Hal ini cukup bikin saya terharu dan juga sedih pada satu waktu. Pertama, saya telah merusak budaya dan adat istiadat keluarga. Kedua, sebenarnya saya pernah sangat berharap, bahwa yang akan memberi kejutan seperti ini adalah perempuan yang saya cintai (yang barangkali untuk sekarang masih mustahil). 😅
Ketiga dan agak membingungkan adalah, karena mereka sudah buat kejutan seperti ini, artinya apakah saya harus buat seperti ini juga untuk mereka? Sumpah ini terasa janggal sekali, bagaimana mungkin seorang Farhan Jihadi yang kaku dalam hidupnya membeli kue dan berbuat kejutan untuk kawannya (yang cowok lagi). Padahal kejutan seperti ini ingin kusimpan perdana untuk perempuan halalku nanti. 😂
Seumur hidup saya tak pernah dikasih kue seperti ini dan tak pernah membeli kue ulang tahun untuk seseorang. Hal paling sederhana yang pernah saya lakukan dan bikin saya malu adalah pernah membeli jilbab pasmina sebagai hadiah untuk seorang gadis pada suatu ketika. 😅
Terima kasih banyak atas segala hal ini, terutama untuk Muhammad Syukran yang sudah menambahkan kegembiraan berganda di hari bahagia tersebut. Saya tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana, saya bukan tipe romantis. Jujur, akan terlalu sulit bagi saya melakukan hal seperti ini untuk orang lain, kecuali untuk perempuanku nanti. Eaaak. 😅
Syukran melakukan hal ini dengan sangat baik, dan ini sebuah keistimewaan lain tersendiri bagi saya pribadi.
Hal yang paling sulit bagi saya adalah menulis nama orang-orang yang membantu saya dalam dua tahun menulis tesis. Terlalu banyak yang membantu hingga saya menyelesaikan tesis ini. Ada Bang Zamzami Umar bersama Muhammad Firdaus yang menjadi support system dan beberapa kali menemani saya menjumpai pembimbing dan dengan ikhlas membantu mencari bahan penulisan tesis, atau Rahmat Fadhillah yang sudi membimbing tes TOEFL hingga akhirnya bisa mencukupi nilai untuk mendaftar sidang, atau Ustaz Abdullah yang mengoreksi kesalahan tulisan bahasa Arab saya.
Terima kasih banyak kepada keluarga kecil saya di Kairo (keluarga saat saya di Kattameya dan di Husein) yang menjadi support system harian seperti Bang Mukhlis Arabi, Hendri Julian, Muhammad Firdaus, Khalid Muddatstsir, Bang Aris Munanda, Bang Saidul Umam, Bang Muzakkir Abdul Manaf, Bang Sayed Mubarak, Bang Iqbal bin Yusuf, Bang Junaidi, Bang Zamzami, Sayed Fitri Adhi, Muhammad Syukran, A'amril Basyiriy, dan Sultanul Arifin.
Sebenarnya saya tidak ingin menyebutkan satu nama pun di sini, karena terlalu banyak yang membantu dan jika ada satu nama yang terlewatkan, maka sungguh sangat keterlaluan rasanya. Sekali lagi, terima kasih banyak untuk semua dan segalanya terutama keluarga besar KMA Mesir secara umum. Semoga Allah membalas segala kebaikan sekecil apa pun dengan keberkahan dan kebaikan yang lebih besar. Amin.[]
"Sulit memang mengkaji perempuan, mampu mendapat jayyid jiddan saja, sudah bikin senang bukan kepalang. Lain cerita jika mendapatkan Kamu, dikasih nilai rasib pun, bagiku sebuah martabah syaraf ula." 😂