Roti Agwa

Roti agwa. (Image: Dok. pribadi)

Agwa, roti yang terbuat dari tepung terigu dengan isi selai kurma. Roti ini biasa menemani kesepianku membaca dan menulis di malam hari. Namun, malam ini ada kisah berbeda.


Harga roti ini lumayan murah. Dulu, roti ini satu pound bisa dapat empat atau lima, selai kurmanya pun masih banyak. Masih penuh. Kalau kita gigit masih sangat terasa manis dan nikmatnya. Benar-benar roti yang cocok kalau dimakan malam hari sebagai pengganjal perut.

Nah, sekarang harganya sudah naik. Satu pound kini hanya dapat 2-3 kue saja, tergantung tempat kita membelinya. Sedihnya lagi, selai kurmanya sekarang sudah sangat kecil, terkadang bisa seukuran biji kacang. Bahkan, yang bikin sakit hatinya lagi, satu dua kue malah enggak ada isinya sama sekali. Hek ta kap-kap, tan meurumpok silei jih. Sep icah teuh. Capek mampus kita gigit, enggak dapat-dapat selainya. Semacam di-PHP-in. Nyesak di mulut terus ke dada.

Biasanya, kalau lapar di malam hari, aku membeli roti ini sebanyak lima pound. Yah, enggak terlalu banyak memang, tapi cukup untuk mengganjal perut di tengah malam yang dingin. Seperti malam ini, aku juga beli sebanyak lima pound. Namun, aku dikasih satu plastik penuh. Apakah lagi ada diskon besar-besaran? 

"Wah, tumben nih... Apa karena tokonya mau tutup sehingga aku dikasih terlalu banyak atau lagi cuci gudang. Enggak tahu, pokoknya bisa kenyang sampai pagi nih," pikirku mantap. 

Pulang ke rumah, mulailah kumakan rotinya satu, dan ternyata enggak ada selai kurmanya. Mungkin aku kurang beruntung. Mungkin perlu dicoba lagi. Roti kedua, masih enggak ada selainya juga. Akapaloe, apa-apa nih.

Kucoba lagi, roti ketiga dan keempat, masih enggak ada selainya juga. Kok bisa aku sial mulu begini? Apa mungkin aku lagi kena prank kali ya...?

Setelah bermeditasi, salat tahajud, salat taubat, salat minta petunjuk, dan setelah berpikir dengan matang, ternyata memang ada keanehan dari sejak awal mengapa aku dikasih banyak roti. Penjual roti tampaknya salah memberiku jenis roti. Ia memberi roti tanpa isi yang memang harganya jauh lebih murah, makanya aku dikasih banyak. Geu that na teuh. Aku itu pinginnya Kamu, eh salah. Maksudnya aku pinginnya roti agwa, bukan roti tanpa isi.[]